Hari santri ditetapkan setiap tanggal 22 Oktober. Pada tahun ini peringatan hari santri terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Semarak hari santri dan maulid Nabi di Pesantren Pelajar Al Fath dihadiri oleh Agus Haji Melvin Zainul Asyiqien. Pengasuh Pondok Pesantren Mahrusiyah III Lirboyo Kediri.
Sebelum membahas jauh mengenai ungkapan cinta ummat Islam kepada Nabinya, Gus Iing, terlebih dahulu memberikan pilihan. " Mencintai atau Dicintai". Satu kata yang jika diberi imbuhan akan memberikan makna pekerjaan yang berbeda. Aktif dan pasif. Jika urusan dicintai, Nabi sudah jelas sangat mencintai ummatnya, bahkan saat sebelum meninggal, yang beliau sebut adalah ummatnya. Lalu bagaimana respon ummatnya saat menerima cinta dari Nabi Muhammad saw. berbalik mencintai ataukah hanya memilih untuk dicintai saja? Jika ummatnya benar-benar mencintai Nabi Muhammad saw. maka salah satu bentuk ungkapan cinta ummat kepada Nabinya adalah dengan memperbanyak sholawat kepada Baginda Muhammad saw. menyebut nama beliau dalam kondisi apapun. Seluruh memorinya akan selalu mengingat sosok yang dicintainya, yaitu Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, dalam babagan santri, beliau menyampaikan bahwa santri itu tidak harus paten sebagai seorang yang sedang mencari ilmu di pondok pesantren. Santri itu ibarat sarung yang sifatnya fleksibel. Bisa memberikan banyak manfaat dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Intinya, anfauhum Linnas. Meskipun sudah tidak lagi di pondok dan memiliki profesi yang beragam, jiwa santri tetaplah tertanam. Apalagi sebagai santri putri, haruslah senantiasa menjadi perempuan yang berdaya, "wani noto lan wani ditoto" hingga dapat menyelamatkan dunia. Sebagai akhir dari tausiyahnya beliau menyampaikan kisah heroik perempuan tangguh, yakni Siti Hajar. Andaikata dulu tidak ada Perjuangan Siti Hajar untuk membendung mata air zam zam, maka dunia akan tenggelam seperti pada zaman Nabi Nuh as.